Kamis, Oktober 23, 2008

Cuaca dan Pelayaran

Informasi cuaca harian tidak hanya untuk penerbangan atau masyarakat tapi dapat juga dimanfaatkan untuk kegiatan pelayaran, seperti tinggi gelombang dan angin kencang yang terjadi di tengah laut. Bagi masyarakat yang sudah mengetahui informasi cuaca kelautan akan bermanfaat untuk merencanakan jadwal/waktu keberangkatan kapal laut, sehingga diharapkan terhindar dari cuaca buruk di laut

Definisi Cuaca untuk Pelayaran

Informasi cuaca untuk Pelayaran adalah cuaca yang diperuntukan khusus untuk dunia pelayaran, baik untuk saat akan berlayar, berlabuh maupun selama pelayaran. Umumnya informasi unsur cuaca yang dibutuhkan untuk pelayaran adalah keadaan hujan, keadaan angin, jarak pandang, dan tinggi gelombang. Yang paling ditakuti bagi pelayaran adalah tinggi gelombang baik untuk jenis kapal nelayan maupun jenis kapal yang besar

Gbr. Kapal dan alat pengukur cuaca di laut

Informasi cuaca yang diperlukan untuk pelayaran antara lain : intensitas hujan, arah dan kecepatan angin, tinggi gelombang baik tinggi gelombang rata-rata maupun tinggi gelombang tertinggi, informasi badai tropis dan jarak pandang.
Pengukuran unsur-unsur cuaca di laut biasanya menggunakan weather buoy
Pada saat diperkirakan kondisi cuaca akan memburuk, stasiun meteorogi maritim yang berwenang akan mengeluarkan peringatan dini (warning) yang nantinya dikirimkan ke kapal-kapal yang sedang berlayar. Warning berisikan informasi prakiraan cuaca buruk yang akan terjadi dalam 24 jam ke depan.

Unsur ini dimanfaatkan untuk keselamatan selama dalam pelayaran. Angin dimanfaatkan oleh kapal nelayan, kapal layar dan jenis kapal tongkang untuk menambah atau mengurangi kecepatan. Selain itu arah dan kecepatan angin dapat juga dimanfaatkan untuk mempertahankan posisi saat berlayar. Angin kencang berkaitan dengan tinggi gelombang, jika anginnya kencang maka gelombangnya juga akan tinggi.

Jarak Pandang

Gambar 1. Kondisi cuaca di laut ketika jarak pandang <>.

Dalam pelayaran, jarak pandang diperlukan untuk mempertahankan arah kapal. Jarak pandang (visibility) berarti jarak terjauh terhadap suatu objek yang masih dapat dilihat dengan mata telanjang (tanpa alat bantu apapun). Jarak pandang yang sempit bisa berbahaya bagi kapal karena mengakibatkan nahkoda tidak bisa melihat keadaan di sekitarnya. Karena itulah banyak kecelakaan tabrakan kapal yang terjadi karena jarak pandang yang rendah.

Kejadian-kejadian yang dapat mengurangi jarak pandang adalah:

  • Hujan deras

Pada dasarnya hujan didefinisikan sebagai partikel-partikel air yang jatuh ke permukaan bumi berbentuk kepingan dengan diameter 0.5 mm atau kurang. Hujan deras dengan butiran partikel yang rapat dapat mengurangi jarak pandang. Apalagi jika hujan deras tersebut terjadi sepanjang hari.

  • Smoke

Gambar 2. Kondisi smoke di laut

Smoke atau asap adalah partikel kering yang mengambang di atmosfer dan bisa bergerak mendekati permukaan bumi, baik di darat maupun di laut. Biasanya smoke merupakan hasil dari proses pembakaran. Smoke yang berasal dari hasil pembakaran di daratan bergerak bersama dengan gerakan angin ke laut. Smoke yang bercampur dengan udara di atas lautan akan memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengendap ke permukaan air sehingga mengakibatkan berkurangnya jarak pandang.

  • Fog

Gambar 3. Kondisi fog di laut

Pada dasarnya fog (kabut) adalah awan yang berada dekat permukaan bumi yang mengandung jutaan butir air yang sangat kecil. Fog tidak hanya terjadi di daratan tapi bisa juga terjadi di atas lautan. Di dunia pelayaran fog dapat megurangi jarak pandang hingga kurang dari 1 km.

  • Tinggi Gelombang

Gambar 4. Kapal di tengah gelombang tinggi

Merupakan jarak vertikal antara puncak dan lembah gelombang. Kriteria tinggi gelombang yang mempengaruhi pelayaran adalah sebagai berikut :
  • 1.25 – 2.0 m : berbahaya bagi perahu nelayan.
  • 2.0 – 3.0 m : berbahaya bagi perahu nelayan dan tongkang
  • 3.0 – 4.0 m : berbahaya bagi perahu nelayan, tongkang dan ferry

> 4.0 m : berbahaya bagi semua kapal

Gambar : kapal terdampar akibat hempasan gelombang

Cuaca Buruk di dunia pelayaran :

Cuaca buruk sangat ditakuti di dunia pelayaran karena akibatnya yang bisa menimbulkan berbagai kecelakaan di tengah laut seperti kapal karam atau terdampar yang akhirnya akan menimbulkan banyak korban jiwa. Cuaca buruk di dunia pelayaran antara lain angin kencang, gelombang tinggi, dan storm surge.

Dampak cuaca buruk dapat disebabkan karena:

    1. Angin kencang

aAngin kencang dengan kecepatan mencapai 90 knot (167 km) bisa terjadi karena adanya badai tropis di tengah lautan. Tentu ini akan sangat berbahaya bagi kapal – kapal yang berlayar di sekitarnya.
Kecepatan angin yang besar akan mengakibatkan daerah dengan radius ratusan bahkan sampai ribuan kilometer dari pusatnya akan memiliki gelombang yang tinggi bahkan bisa mencapai lebih dari 3 m dan berbahaya bagi semua jenis kapal.

    1. Storm Surge

Adalah air laut yang naik sampai kedaratan akibat dari putaran angin di sekitar badai tropis. Ketika badai tropis bergerak menuju ke daratan, badai tersebut akan mendorong air laut di bawahnya ke arah pantai. Kekuatan dorongan ini bergabung dengan kekuatan gelombang normal dapat menghasilkan kenaikan airlaut hingga mencapai ketinggian 5 meter. Gelombang pasang yang datang tiba-tiba ini dapat menyebabkan banjir di daratan yang dilaluinya, menghancurkan populasi penduduk, dan karenanya juga sangat berbahaya bagi kapal-kapal yang sedang berlabuh maupun yang sedang berlayar di dekat pantai.

Senin, Oktober 20, 2008

Kapal Yunani Kuno Diangkat dari Laut Sicilia

Sebuah kapal dari masa Yunani Kuno yang berusia 2500 tahun berhasil diangkat dari dasar perairan Sicilia selatan, Italia dekat Kota Gela. Carlo Bemtrame, profesor arkeolgi kelautan Universitas Ca'Foscari menyebut temuan ini sangat penting karena merupakan kapal kuno terbesar dan paling utuh yang pernah ditemukan.

"Kapal-kapal Yunani banyak ditemukan di Italia, Perancis, Spanyol, dan Turki. Yang di Gela ini paling terbaru dan paling utuh," ujarnya. Par arkeolog berhasil mengengkat kapal tersebut bulan lalu dengan bantuan para penjaga pantai setempat.

Bahkan, kapal tersebut mungkin bentuk kapal yang unik dalam peralihan teknologi pembuatan kapal. Sebab, di kapal tersebut telah dipakai teknik ikatan pada engsel yang dipakai orang-orang Mesir.

Panjangnya mencapai 21 meter dan lebar 6,5 meter. Kapal tersebut memiliki ciri yang mirip dalam cerita Iliad karangan Homer meskipun terpaut beberapa abad.

Struktur luar kapal seperti dibangun terlebih dahulu baru kemudian interiornya. Kerangka-kerangka kayunya disatukan dengan tambang. Di celah-celahnya dilpisi resin untuk mencegah masuknya air.

"Kapal tersebut mungkin digunakan untuk berlayar dekat pantai, dimuati berkali-kali antara ditambah dan diturunkan," ujar Rosalba Panvini, kepala Departemen Wrisan Budaya Sicilia. Hal tersebut terlhat dari bukti-bukti temuan gerabah yang bermacam-macam artifak yang ditemukan seperti cangkir dan guci dua pegangan yang biasa disebut amphora, lampu minyak, dan pecahan keranjang.

Barang-barang tersebut juga menunjukkan daerah yang dilalui jalur pelayarannya. Panvini memperkirakan kapal pernah berhenti di Athena kemudian ke Semenanjung Peloponnnese dan melalui pantai barat Yunani dan Kanal Otranto sebelum sampai ke Sicilia.

Kapal tersebut mungkin karam pada jarak 800 meter dari pantai karena tersapu badai dan terkubur dalam lumpur selama 25 abad. Bangkainya pertam kali ditemukan tahun 1988 oleh para penyelam bawah laut Sicilia. Saat ini kapal dikrim ke Portsmouth untuk disusun sebelum dikirim kembali ke Gela untuk dipamerkan dalam ruang pamer museum kelautan yang akan dibangun di sana.

Sekilas tentang Perahu

Perahu Red Snapper adalah jenis perahu yang akan menemani Effendi Soleman menggapai cita-cita, keliling Nusantara lewat laut. Jenis perahu ini dirancang oleh Oyvind Gulbrandson, ahli pembuatan perahu di Kibirati (dulu disebut Gilbert Island). Paman Oyvind ini adalah seorang perancang perahu ukuran kecil yang dioperasikan di daerah tropis yang namanya cukup terkenal di daerah kawasan Pasifik.

Kata Effendi, perahu ini dibuat dari jenis kayu lapis dan kayu jenis biasa yang didesain untuk dapat digunakan dengan tenaga mesin motor tempel. Rancangan bentuk layar dikembangkan dengan ukuran layar 9 meter persegi serta digunakan bila dibutuhkan saja.
Jenis perahu Red Snapper ini akhirnya jadi standar FAO (Food and Agriculture Organitation) – salah satu lembaga PBB – untuk pengembangan dan pengoperasian penangkapan ikan di daerah pedesaan Papua Nugini. Belakangan, perahu ini dianggap bisa dikomersialkan dengan beberapa dasar pertimbangan: rangka bangunnya sama dengan jenis perahu (sampan) tradisional lainnya yang dibuat dari gelombang kayu. Red Snapper mampu mengangkut muatan yang berat dan lebih kuat serta kokoh mengarungi laut. Ini jelas punya nilai lebih ketimbang perahu jenis lain yang terbuat dari gelondongan kayu.

Red Snapper bisa dikemudikan dengan memuat delapan orang. Tahan berlayar dengan angin yang mengitarinya perahu ini dilengkapi dua lapis kayu pada bagian dasarnya hingga pada lapisan luar bisa diganti bila rusak dimakan rayap.
” Saya suka desain perahu ini karena jelas lebih menguntungkan daripada perahu lain yang dibuat dari fiber glass. Selain bahan fiber glass mahal dan harus impor, risikonya kapal tak bisa berumur panjang dan cepat rusak,” ujar Effendi. Lagipula perahu cadik tunggal ini diakui lebih stabil saat mengarungi lautan luas.

dari : sinarharapan.co.id

Minggu, Oktober 19, 2008

Perkembangan Desain Kapal Ferry Modern

Perairan Indonesia yang luas dan diantarai banyak pulau-pulau baik besar maupun pulau-pulau kecil, diperlukan suatu sarana transportasi khususnya transportasi laut. Jenis transportasi laut ini dapat diandalkan sebagai sarana perhubungan antar pulau, sarana ini dapat mengangkut jumlah penumpang yang cukup besar dan juga lebih ekonomis.

Sarana transportasi laut (kapal) mempunyai banyak jenis antara lain kapal penumpang, kapal barang (niaga), kapal penyeberangan (ferry) dan jenis kapal lainnya. Jenis kapal disesuaikan dengan jenis muatan yang akan diangkut, dan didesain sesuai kebutuhan angkutannya.

Salah satu jenis angkutan yang banyak terdapat di negara-negara yang memiliki perairan yang diantarai oleh banyak pulau, adalah jenis kapal ferry (penyeberangan). Tidak terkecuali di perairan nusantara, jenis kapal ferry sudah banyak yang beroperasi, baik type kecil, sedang maupun yang besar. Dioperasikannya jenis kapal ferry ini dipandang lebih sesuai dengan kondisi perairan serta operasionalnya juga lebih ekonomis dan dapat mengangkut penumpang, kendaraan dan barang-barang lainnya.

Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dunia saat ini, berkembang pulalah transportasi barang dan penumpang antar pulau dan bahkan antar negara dan antar benua. Demikian pula perkembangan dalam penggunaan kapal ferry terlihat demikian pesatnya. Kapal ferry bukan lagi hanya merupakan kapal penyeberangan kecil, tetapi sudah meningkat pada ukuran yang besar dengan muatan tidak hanya penumpang tetapi juga; mobil, truck, bus dan bahkan kereta api. Kapal ferry tidak hanya melayani route pendek tetapi juga route panjang antar negara.

Dengan perkembangan operasional kapal ferry seperti tersebut diatas, maka terjadi pula perkembangan dalam desain kapal ferry. Dengan kebutuhan akan sarana transportasi khususnya tranportasi laut (kapal ferry), para desainer kapal dihadapkan pada suatu permasalahan yakni bagaimana mendesain kapal yang sesuai dengan tuntutan perkembangan kemajuan yang berdasar pada suatu sarana tranportasi yang aman, lancar, nyaman, cepat dan tepat serta terjangkau. Kapal dituntut dapat menyediakan ruangan atau luas geladak yang sangat besar, sehingga selain untuk memenuhi kebutuhan akan kapasitas angkut juga untuk keperluan kenyamanan penumpang dan penyediaan ruangan untuk tempat hiburan/rekreasi dikapal.

Melihat perkembangan akan tuntutan pelayanan jasa kapal ferry saat ini, maka para desainer dituntut pula untuk dapat mengikuti dan membuat suatu desain yang sesuai dengan kebutuhan akan jasa pelayanan kapal ferry.

Pada umumnya kapal ferry mempunyai karakteristik tersendiri yang membedakannya dari kapal jenis lain. Demikian pula dalam membuat desain kapal ferry ada batasan dan kriteria tertentu yang harus diperhatikan oleh perencana kapal. Kriteria–kriteria tersebut selain mencakup segi teknis dalam desain kapal mencakup pula segi operasional kapal.

Bentuk lambung kapal coventional U atau V tidak selalu dapat diterapkan dalam desain kapal ferry modern. Tuntutan untuk mengoptimalkan desain lambung kapal ditinjau dari segi teknis dan operasional telah melahirkan inovasi–inovasi baru dalam desain bentuk lambung kapal ferry, seperti bentuk pram, terowongan, ataupun lambung kapal dengan skeg ganda (gambar 1 pada lampiran).

Inovasi dalam desain dan pengkajian performance kapal ferry tidak dapat lepas dari peran suatu laboratorium hidrodinamika. Jenis–jenis pengujian model yang pada umumnya dilakukan untuk pengkajian performance kapal ferry akan dibahas dalam tulisan ini untuk memberikan gambaran yang jelas tentang kebutuhan operasional kapal, kriteria dalam desain serta jenis pengkajian desain yang dilakukan dengan bantuan uji model phisik di laboratorium hidrodinamika.

Data-data yang diperlukan dalam mendesain suatu kapal antara lain data jenis dan volume muatan yang akan diangkut, route, kondisi perairan dimana akan dioperasikan, dan data-data pendukung lainnya.

Kapal ferry mempunyai kriteria tersendiri dalam perencanaannya, antara lain menyangkut stabilitas kapal, kebutuhan luas geladak, batasan atas panjang dan sarat air kapal serta kemampuan manuvernya.

Kriteria dalam perencanaan serta karakteristik kapal ferry mengacu pada kebutuhan untuk mengoptimalkan desain bentuk lambung kapal. Beberapa type bentuk lambung kapal tidak selalu dapat diterapkan untuk pembangunan kapal ferry modern, masing–masing bentuk lambung tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri sendiri.

Desain kapal ferry modern yang cenderung lebih besar dalam ukuran dan yang lebih komplek dalam pemilihan type bentuk lambung kapal serta aspek operasional kapalnya, membutuhkan pengkajian desain yang lebih intensip di laboratorium hidrodinamika. Dengan pengujian-pengujian yang lebih intensip dilaboratorium hidrodinamika, maka dapat diperoleh suatu pengembangan dari bentuk-bentuk badan kapal atau bentuk lambung kapal yang lebih optimal dan bernilai lebih ekonomis.

Pengujian desain di laboratorium hidrodinamika dilakukan untuk dapat diketahui karakteristik suatu kapal sebelum kapal tersebut dibangun, hal ini penting bagi para calon pemilik kapal sebagai pegangan baik pada saat kapal tersebut dibangun maupun pada saat operasi terutama dalam sea trial kapal.


SUMBER :
Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, V2. n7, Oktober 2000, hal. 7-13 /Humas-BPPT/ANY

Senin, Oktober 13, 2008

Selamat Datang

Selamat datang semua pecinta dunia kapal